"Berikan aku sepuluh pemuda maka akan aku guncangkan dunia”, sepenggal ucapan Bung Karno ini adalah kesadaran dari Sang Proklamator bagaimana ia memberikan apresiasi akan peran dan kedasyatan pemuda. Pemuda memang merupakan sendi-sendi kekuatan yang telah menjadi motor penggerak dan agen-agen perubahan dalam membentuk wajah sebuah negara. Misalnya lihat saja peran pemuda di masa pergerakan nasional dahulu, ketika Dr. Sutomo mendirikan Budi Utomo pada usianya yang belum genap 20 tahun, Dr. Cipto Mangunkusumo, Ki Hajar Dewantara dan Setia Budi mendirikan Indische Partij pada usia dibawah 30 tahun, bahkan pendirian Perhimpunan Indonesia juga dilakukan oleh mahasiswa-mahasiswa yang masih muda usianya. Dentuman yang lebih besar datang dengan diperkenalkannya konsep persatuan Indonesia yang digagas berbagai pemuda pada tahun 1928 dalam Sumpah Pemuda yang selalu kita peringati setiap tahunnya pada bulan Oktober ini tepatnya tanggal 28. Bahkan momentum proklamasi bangsa kita tercipta akibat desakan kaum muda seperti Wikana dan Yusuf Kunto dalam peristiwa Rengasdengklok.
Sejarah bangsa tersebut telah memberikan fakta bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang besar hanya karena Sumber Daya Alamnya yang melimpah ataupun posisi Geografisnya yang menguntungkan semata, namun meliputi operasionalisasi jiwa kepemimpinan (good leadership) pemuda Indonesia. Lalu mengapa seakan-akan kebesaran bangsa Indonesia semakin tenggelam, terkubur ditengah-tengah gegap gempita globalisasi. Nampaknya memang terdapat kesalahan dalam proses regenerasi bangsa yang telah membuat pemuda menjadi kehilangan peran dan kekuatan progresifnya dalam meneruskan pendahulu bangsa Indonesia.
Rangkaian Tiga Ruang
Terdapat rangkaian yang hilang (entah disengaja maupun tidak) dengan proses regenerasi pemuda Indonesia jika dibandingkan dengan ”masa-masa keemasan” pada pergerakan nasional dulu. Hilangnya rangkaian ini menyebabkan pemuda tidak siap untuk mengambil alih tongkat estafet pembangunan bangsa ini. Perlu diciptakan (kembali) rangkaian yang terdiri dari tiga ruang bagi pemuda Indonesia untuk dapat membuat bangsa ini kembali menggeliat dan berjalan menantang hembusan angin globalisasi.
Pertama, ruang optimalisasi diri, ruangan yang diberikan kepada pemuda untuk mengoptimalkan potensi dirinya tanpa dikte dari sebagian besar golongan tua yang seakan-akan menganggap dirinya lebih tau, lebih bisa dan lebih memahami segala hal. Tanpa disadari perbuatan ini hanya akan mengekang kemampuan yang dimiliki hingga akhirnya pemuda hanya menjadi penerus sistem yang ada tanpa dapat memperbaiki ketidaksesuaian sistem lama dengan era yang ada sekarang. Diberikannya kesempatan dan bimbingan kepada pemuda untuk mengoptimalkan kemampuan dirinya akan mengoptimumkan peran pemuda bagi bangsa ini. Kedua, ruang kepercayaan diri, dengan tidak didengarnya dan tidak dipercayanya pemuda telah membunuh kepercayaan diri pemuda dalam berinovasi. Padahal inovasi merupakan sesuatu yang menjadi tuntutan era globalisasi ini seperti apa yang dikonsepkan oleh Joseph Schumpeter dengan “Creative Destruction” yakni penghapusan produksi, ide dan inovasi yang lama dengan yang lebih baru dan lebih efisien. Kemampuan yang dimiliki pemuda bukan sekedar lahan eksploitasi kepentingan hingga akhirnya hanya menciptakan generasi muda yang menjadi objek dari rules and order usang dan pada tingkatan tertentu meruntuhkan kepercayaan diri pemuda karena sekat-sekat inovasi tersebut. Kemampuan inovatif pemuda harus didengarkan dan diberi kepercayaan sehingga dapat melahirkan kepercayaan diri dalam berinovasi beriringan dengan tanggung jawab diri. Ketiga, ruang redefinisi identitas diri, sebuah ruang yang baru bisa didapatkan jika kedua ruangan sebelumnya diberikan (baca:diciptakan). Kesadaran yang lahir dari identifikasi diri akan peran pemuda untuk berorientasi dalam era globalisasi tanpa melepaskan ikatan identitas kebangsaan. Hal ini sesuai dengan argumentasi Thomas Friedman akan “Olive Tree” yakni identitas dasar sebagai bangsa yang merupakan tuntutan dalam menghadapi era globalisasi (The Lexus). Keberadaan (kembali) dari proses yang simultan dan saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya dalam rangkaian ini akan memberikan modal dasar bagi pemuda untuk meneruskan kepemimpinan bangsa ini.
Good Leadership
Pemberian modal dasar tersebut kepada pemuda dengan sendirinya akan melahirkan (kembali) pemuda yang memiliki jiwa Good Leadership. Pemuda yang berdiri diatas kaki identitas kebangsaan dalam mengemudikan bangsa dengan jiwa Good Leadership untuk menerjang badai globalisasi, bukan pemuda yang terus menerus berada dalam sekat-sekat tradisi sistem lama yang diwariskan dengan dikte dan paksaan hingga berakibat tergilasnya bangsa ini oleh perputaran cepat roda globalisasi. Bangsa Indonesia memang memerlukan kelahiran Good Leadership, sebagaimana telah diungkapkan oleh Stephen D Krasner mengenai Weak Country,bahwa untuk mengatasi sebuah pola negara yang tidak memiliki kemampuan untuk menahan sikap swasta (dalam hal ini seperti negara Republik Indonesia) diperlukannya Good Leadership.
Inilah sesuatu yang tidak nampak lagi di era reformasi sekarang. Mengacu pada Friedman mengenai era globalisasi yang dianalogikannya dengan olahraga, yakni seperti berlari sprint sepanjang 100 meter secara terus menerus tanpa perduli berapa kali sudah memenanginya kita harus terus mengulanginya setiap hari. Hanya generasi muda yang dipersiapkan dengan proses rangkaian tiga ruang inilah dapat menerima tongkat estafet untuk berlomba lari sprint 100 meter setiap harinya dengan kemampuan, tenaga serta ide yang baru diiringi nilai-nilai identitas bangsa yang melekat erat disosoknya. Haruslah menjadi renungan bagi seluruh elemen yang ada bahwa kehadiran pemuda bukan untuk mengisi kemerdekaan, akan tetapi berperan aktif dalam mengemudikan kemerdekaan, karena dipundak pemudalah nasib bangsa ini ditentukan.
Rangga Aditya Elias,
Staf pengajar pada Jurusan Hubungan Internasional FISIP Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama); Pendiri Salemba Community for International Studies (SCIS).
17.6.08
KEBERADAAN GOOD LEADERSHIP PEMUDA INDONESIA DI ERA GLOBALISASI
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Mrs. Diany's Gallery & Culiner

Meja Ukir Kayu Jati [ 1.39 x 0.73 x 0.60 m ]

Lukisan Jayaprana dg 7 Bidadari [ 2,16 x 1,28 ]
Lydia & Anggie in Crimes Of Fashion

T -strap heel yg akan mengeser lainnya kepinggir

Exclusive for Konkow in StarBuck's
Dimas' Modification Automotive & Gadgets

Engine modif n service ? Perlu asesori untuk mobil:VR, R/T

Need new mobile phone ? Cash / Credit
0 komentar:
Posting Komentar